Sampolawa – InfoBusel. Desa Wawoangi merupakan salah satu desa yang terletak di pesisir Pulau Buton bagian selatan, yang secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Sampolawa Kabupaten Buton Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Dengan pemandangan alam di pesisir pantai serta keberadaan masjid tua yang dikatakan sebagai masjid yang pertama kali dibuat di Pulau Buton yang mengandung nilai religi dan perpaduan budaya lokal menjadi peluang yang dilirik oleh pemerintah desa untuk mengembangkan kawasan wisata di Desa Wawoangi.
Desa Wawoangi memiliki pesisir pantai sekitar 2 km yang menjadi salah
satu penopang warga desa yang berprofesi sebagai nelayan, dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Diseberang lautan
terdapat pebukitan Wamoose yang ada di Kampung Wapulaka Desa Bahari. Keindahan panorama alam pantai dengan latar
belakang bukit Wamoose inilah yang dimanfaatkan oleh desa untuk mengembangkan
kawasan wisata pantai dengan membangun Jembatan Lingkar Lapoili.
Wisata Jembatan Lingkar Lapoili ini mulai
dibangun sejak Tahun 2018 oleh pemerintah desa dengan sumber anggaran berasal
dari dana desa. La Ode Abdul Halim, SH., Kepala Desa Wawoangi, menjelaskan bahwa dalam perencanaannya (master plan),
kawasan wisata Jembatan Lingkar Lapoili ini akan dibangun dengan restoran serta
villa atau tempat menginap, juga akan dilengkapi dengan fasilitas seperti
banana boat, alat diving maupun jet sky.
“Keberhasilan pembangunan di desa kami ini tidak lepas dari arahan teman-teman pendamping mulai dari Tenaga Ahli, Pendamping Desa maupun Pendamping Lokal Desa yang mendampingi desa kami, dan perkiraan kami masih butuh sekitar 3 tahun
anggaran lagi untuk rampung sampai 100%” lanjutnya disela – sela menerima
kunjungan dari Tenaga Ahli Madya KPW 3 Provinsi Sulawesi Tenggara pada 8 Agustus
lalu, dan pada hari yg sama menerima kunjungan dari mantan Walikota Baubau yang kini menjadi Anggota DPD RI Dapil Sultra, Prof. Dr. H. M. Amirul Tamim.
Kepala Desa Wawoangi La Ode Abdul Halim, SH menerima kunjungan Anggota DPD RI, Prof. Dr. H. M Amirul Tamim
Sampai dengan saat ini, infrastruktur yang
sudah rampung berupa jembatan lingkar serta gazebo 2 unit dari 4 unit yang
telah direncanakan, jembatan lingkarnya juga sudah dilengkapi dengan pagar
pengaman serta lampu bohlam.
Sejak jembatan lingkar ini telah memiliki
lantai pada akhir 2018 lalu, pengunjung sudah ramai berdatangan ke tempat ini
untuk refreshing dan melepas lelah.
Sejak 31 Juli 2020 lalu tempat wisata ini resmi di buka dan dikelola
secara professional oleh BUMDes, dimana pengunjung dikenakan tarif Rp. 3.000,-
setiap pengunjung dewasa, dan dalam waktu tiga hari, pengunjungnya sudah lebih
dari 4000 pengunjung. “Alhamdulillah
dalam waktu 3 hari, mulai dari hari Jum’at yang bertepatan dengan Idul Adha
sampai hari Minggu 2 Agustus lalu, dari catatan pengelola, retribusi yang masuk
lebih dari 15 juta rupiah, dan di hari-hari berikutnya pengnjungnya selalu
ramai” tutur Kepala Desa Wawoangi.
Menurutnya, beberapa fasilitas yang secepatnya akan dibangun dalam waktu
dekat ini adalah kamar kecil (WC) serta musholla, sehingga pengunjung bisa
betah berlama-lama ditempat ini.
Kunjungan TAM KPW 3 Sultra bersama TPP P3MD Buton Selatan meninjau perkembangan pembangunan wisata Jembatan Lingkar Lapoili
Dengan viralnya tempat wisata ini di
berbagai media sosial sejak tahun lalu, banyak kalangan yang mengapresiasi
pembangunan kawasan wisata tersebut, tak terkecuali dari pemerintah daerah baik
kabupaten maupun provinsi. Khusus dari
provinsi, di tahun ini telah dianggarkan pembuatan talud serta perluasan jalan
dan tempat parkir kendaraan.
Semoga pengembangan wisata jembatan lingkar
ini dapat berjalan lancar dan ramai pengunjung, terlebih di Desa Wawoangi juga
ini terdapat Masjid Tua yang memiliki nilai historis sebagai masjid pertama di
pulau Buton, yang Insya Allah akan kami buat dalam tulisan selanjutnya.(aw)
Ralat, biaya retribusnya 5000 untuk dewasa 2000 untuk anak². 🙏🏻😊
BalasHapus